Ketika sang sekretaris sekali lagi menempel pengumuman...yang ternyata isinya adalah pemberitahuan kenaikan potongan untuk asuransi kesehatan karyawan, spontan terdengar simponi dari dalam lubuk hati yang paling dalam...TERLALU SADIS CARAMU...kembali melakukan potongan pada gaji karyawan yang tak seberapa.
Tau gak seehhh...
Secara nominal, peningkatan standar Upah Minimum Provinsi DI Yogyakarta tahun 2009 terhitung lebih besar jika dibandingkan kenaikan UMP di tahun sebelumnya. Kendati demikian, kenaikan tersebut tidak serta-merta menghasilkan besaran upah yang ideal bagi kehidupan pekerja di DIY. Ini karena besaran upah itu belum memenuhi standar kebutuhan hidup layak menurut aturan hukum ketenagakerjaan.
Tahun depan, standar UMP di DIY menjadi Rp 700.000, atau naik Rp 114.000 dibandingkan standar upah tahun ini, jauh di atas rata-rata kenaikan UMP selama ini. Antara 2000 hingga 2007, kenaikan UMP tak lebih dari Rp 86.000. Tingginya kenaikan UMP DIY 2009 pun diapresiasi positif oleh kalangan Aliansi Buruh Yogyakarta.
Meski standar UMP DIY 2009 dipastikan naik cukup besar, belum bisa dikatakan bahwa besaran pendapatan itu bisa menjamin kesejahteraan pekerja. Tak bisa dimungkiri, sejauh ini besaran UMP di DIY selalu berada di bawah perhitungan standar Kebutuhan Hidup Layak atau KHL menurut versi Aliansi Buruh Yogyakarta .Pasal 89 ayat 2-idealnya bisa memenuhi standar hidup layak.
Perhitungan KHL versi ABY masih mungkin diperbandingkan. Kendati demikian, perhitungan KHL dalam versi lain tetap saja menunjukkan standar UMP belum bisa dikatakan layak bagi buruh. Sebagai gambaran, hasil survei dari Dewan Pengupahan menyimpulkan, standar KHL untuk tahun 2007 Rp 679.086, sedangkan UMP DIY hanya senilai Rp 500.000 di tahun yang sama. Bahkan, survei Badan Pusat Statistik menyimpulkan bahwa besaran UMP untuk tahun 2006 idealnya Rp 726.516. Dari mana pun versi perhitungannya, tetap saja buruh masih menanti upah yang setara standar hidup layak.Nah..kalo pihak persusahaan terus melakukan potongan-potongan tidak manusiawi dengan berbagai alasan...jangan sakit hati kalo para buruh akhirnya menghujat "setan alas"